Selasa, 14 Februari 2017

Kisah Anak berkebutuhan khusus bernama T

Dering telpon bulan oktober mengenalkan saya dengan T. Seorang anak laki-laki berkebutuhan khusus berusia 21 tahun, tak banyak yang bisa saya gambarkan ketika percakapan berlangsung dengan sang kakak, janjipun dibuat agar saya bisa bertemu dengan T tapi GAGAL karena ternyata kakaknya bilang mereka tidak bs membawa T. sampai pada suatu ketika saya akhirnya menyempatkan diri berkunjung kerumah T, malam itu awal saya melihat langsung T serasa biasa saja tidak ada yang terlalu ekstrem namun memang sudah terlihat perilaku 'anehnya'
Melilitkan tangannya di kaos yang dia pakai kemudian dimasukan kedalam celananya dan mulai menyentuh-nyentuh orang lain atau bahkan dijilat olehnya, menyentuh orang dengan kakinya yang naik ke badan atau kepala. Melihat itu jujur saya kaget karna belum pernah melihat perilaku yang sampai seperti itu tapi hati kecil 'kasihan' dengan T dan saya yakin bahwa sikap itu masih bs diminimalisir nantinya. 

Keesokan harinya sayapun langsung menceritakan kepada 2 partner saya mengenai T. Sekedar hanya menyampaikan dan kitapun diskusi pada akhirnya mengenai T, panjang lebar mengenai program dan tujuan sekolahnya nanti kearah mana. 

Haripun berlalu sejak kejadian itu sampai pada titik dimana kakaknya mengabari saya hendak membawa T sekolah dan asrama mulai malam ini dan sayapun mengIYAkan karna kita sudah diskusi sebelumnya. 

Jam berganti sampai akhirnya pada malam akhir november T datang diantar oleh ibu dan 2 kakaknya, turun dari mobil T langsung masuk kedalam rumah kemudian kekamar sesampainya di dalam kamar T menjilat-jilat dirinya sendiri, benda maupun lantai kamar bahkan tembok, keluarganya berusaha menghentikan namun nihil perilaku itu terus menerus dilakukan tanpa henti, keluar dari kamar langsung menuju salah satu orang tua murid yang ada dengan melilit tangannya ke baju dan memsukan kedalam celana kemudian mengajak orangtua itu bersalaman dan sesekali mengajak bersalaman dengan kaki. Melihat perilaku itu saya masih biasa saja, tidak lama keluarganya pulang. 

T tidak bisa tidur 1 kamar dengan temannya yang lain karena efek perilaku yang 'jilat-jilat siapapun dan apapun' akhirnya saya berinisiatif T tidur dikamar lain seorang diri. Perjuangan tak semudah pikiran saya disaat saya meminta T naik kelatai 2 untuk pindah ke kamarnya sendiri, alih-alih T menurut malah T melotot ke arah saya dan sepanjang itu dia terus menjilat dan menjilat. Sampai T akhirnya ada hasrat untuk menjilat tas temannya, hal itu tentu saya hindari dan terpikir untuk menjadikannya alat agar T bisa naik ke atas dan berhasil membuat T naik keatas dengan T mengejar tas untuk memuaskan hasrat untuk menjilat tas. Bisa terbayang saya membawa tas di depan dengan sedikit berlari diikuti T yang mengejar untuk menjilat tas.

Malam itu, saya baru merasakan 'berat' dengan perilaku T. Baru kali ini saya mendapat anak yang sangat amat perilakunya dan kebiasaan 'anehnya'. Malam itu saya tidak bisa tidur memikirkan ternyata betapa berat perilakunya dan apa yang harus saya lakukan nanti untuk meminimalisir hal itu. Suara T terus terdengar menandakan bahwa dia pun tidak tidur, sebelumnya memang keluarganya bicara kesaya bahwa T biasa tidur di siang hari dan malamnya ia akan terjaga. Sampai dengan jam 5 pagi saya masih mendengar suaranya, akhirnya keputusan saya adalah membuka kamarnya dan meminta T untuk mandi. Kaget luar biasa ketika saya mendekati kamarnya tercium bau tidak sedap bahkan bisa dibilang sangat bau. Kekagetan saya tidak berhenti disitu ketika membuka pintu dan mendapati T dengan rutinitasnya jilat-jilat ini itu disekelilingnya berserakan kotoran dan juga air seninya sendiri. Kotoran itu bukan hanya menempel di lantai bahkan di tembok, kasur, bantal, selimut dan badannya sendiri terlebih mulutnya. 

Tidak mual kah saya melihat itu? Jawabannya tentu mual...tapi itu tantangan karna saya sudah mengiyakan. Bahkan semua orang yang ada dirumah itu tidak ada yang kuat mencium baunya, saya putuskan agar semuanya keluar dari rumah daripada banyak yang muntah. Membersihkan kotorannya juga butuh perjuangan luar biasa karna sudah 3-4 kali di cuci bahkan memakai karbol pun baunya tidak juga hilang. 

Astaghfirullah....
Malam-malam perjuangan dimulai dengan saya harus merelakan jam tidur saya untuk bangun lebih awal dan mengajak T untuk ke kamar mandi. Mau ataupun tidak ia pup atau pipis maka saya minta ia ke kamar mandi dengan jongkok di WC. Ini terus terjadi sampai akhirnya ia tidak lagi pup di celana, T tidak bisa jongkok awalnya jadi untuk membuat T mau jongkok pun butuh perjuangan juga dan ini yang membuat ia tidak suka berlama-lama di WC sambil selalu saya tekankan "mau beol ke mana?" T menjawab "ke kamar mandi".

Bahasa beol ini memang bahasa yang dibawa T sejak awal.

Jam tidur T keesokannya pun berubah, siang T sengaja saya tidak ijinkan tidur dan memang aktifitas di sekolah tidak ada jam tidur siang ditambah aktivitas motorik yang padat untuk T. Ini memang di design sengaja agar tenaga T tidak berlebihan, oh ya..saya lupa menceritakan kebiasaan makan T, dimalam kedua T di rumah keesokan paginya saya mendapati kue bolu coklat berserakan dikamarnya ketika saya cek ke dapur 1 loyang kue bolu pemberian salah satu orangtua murid habis dimakan T. Tidak hanya itu ketika makanpun T hampir menghabiskan nasi 1 magic com, air galon yang tanpa sadar 1hari dihabiskan oleh T hampir setengahnya.

Sadar akan hal itu konsep diet saya pakai disini. Bukan takut rugi tapi perilaku ini tidaklah wajar dan ketika T ada dimanapun tidaklah bisa diterima dengan perilaku nya yang demikian. Makan T mulai di atur seporsi selayaknya minumpun dibatasi selayaknya minum normal 12 gelas perhari.
T tidak lagi bisa seenaknya makan apapun dan sebanyak apapun, ini memang membuat T kehilangan berat badannya tapi ini saya lakukan semata untuk membuat T berprilaku selayaknya orang normal pada umumnya, toh T bukan kuli bangunan atau buruh kasar lainnya yang mengeluarkan tenaga sangat ekstra sehingga membutuhkan asupan yang luar biasa banyak juga. Makanpun kami berikan 3 kali sehari dan 1 kali snack juga disorenya tapi snack kampung seperti kue mangkok, singkong rebus dll. Tapi kenapa berat badannya tetap turun? Yang bisa menjelaskannya disini adalah seberapa banyak makannya sebelum disini dan apa saja kegiatannya? Jawabannya T makan sesuka hati semua dan sebanyak yang ia bisa makan tanpa ada kegiatan berarti selain jilat-jilat, lilit tangan ke baju dan celana.

Ingat sekali saya ketika hari pertama T dibawa dari rumah asrama ke sekolah dengan mobil didalam mobil T menjilati semua bagiannya dari mulai dashboard, kaca, kursi, rasanya hampir tidak ada satu bagianpun yang dilewati untuk dijilat, bahkan orang sekalipun. salah seorang guru mual melihat kelakuannya itu, sesampainya di sekolah T langsung dibawa ke kamar mandi untuk dimandikan karna efek bau pup nya yang belum juga hilang, sampai kita rasa sudah bersih karna sudah digosok berulang kali tetap saja masih ada bau yang tercium. Percobaan dimulai ketika pulang, T kita ajak jalan kaki ke rumah dari sekolah alhasil dijalan apapun T sentuh dengan tangannya bahkan menjilati jalannya terlebih kalau ia menyentuh orang yang lewat betapa terkejutnya orang itu dan mungkin akan mengira kalau T adalah orang yang tidak waras. Saya benar-benar dibuat gregetan oleh T akan sikapnya, mulai berpikir untuk memberikan T hal-hal yang pahit rasanya ketika ia menjilat apapun namun tidak berhasil bahkan yang kata orang sangat pahitpun saya berikan namun hasilnya nihil, T tetap jilat2. Berdasarkan info T tidak suka pisang dan telur saya pakai itu ketika jilat ia akan makan pisang atau telur hasilnya pun nihil dipaksa makan pisang/telur T mau dengan langsung ditelannya tidak dikunyah terlebih dahulu.

Memutar otak untuk bisa menghilangkan kebiasaan "jilatnya" akhirnya saya temukan ketika tidak sengaja saat ada karet gelang T langsung membuangnya. Karet gelangpun jadi alat untuk bisa menghentikan tingkah aneh T dengan saya takut-takuti mendekatkan karet gelang itu ke T tapi nihil juga. Akhirnya sikap ekstrem pun dipilh dengan menjepret lidah T ketika ia jilat-jilat, tentu para pembaca akan bergidik ngeri. Jalan ini pun saya pilih ketika memang jalan halus sudah kita tempuh dengen beberapa cara tapi nihil.
Ketika T jilat-jilat, maka saat itupun kita minta T menjulurkan lidahnya dan kita jepret pakai karet gelang 1x. Awalnya T dengan senang hati menjulurkan lidah tapi 2-3 kali dilakukan ketika T jilat-jilat, ia sadar akhirnya bahwa itu sakit dan tidak mau menjulurkan lidahnya, promp itu tetap kita berikan dengan memaksa memasukan tangan ke dalam mulutnya jika memang ia jilat-jilat. Tidak sampai 5 hari jilat-jilat T hilang walau dia ganti dengan perilaku lain 'menggesekkan giginya' tidak lagi mengeluarkan lidahnya tapi saya senang disitu. Yang terpenting T tidak menjilat-jilat dulu, promp demi promp diberikan kepada T untuk meminimalisir sikap negatif nya.

Walau terkesan kasar, misalnya T sering melilitkan tangan ke baju dan celana. Dengan sadar saya membuka baju T membiarkan T bertelanjang dada setiap kali T melilitkan tangannya ke bajunya, awalnya mudah tapi promp itu diberikan terus menerus dan konsisten akhirnya T sadar untuk tidak melilitkan tangannya ke baju. Memasukkan tangan ke celanapun saya lakukan promp dengan memakaikan T celana panjang dengan ikat pinggang selalu, tidak lagi celana pendek santainya, lama kelamaan kebiasaan ini terlupakan dan hilang.

Berbagai prompt dilakukan dari tahapan yang ringan naik ketahapan selanjutnya jika itu dirasa perlu. Bukan untuk menyiksa tapi untuk menghilangkan perilaku negatifnya.

Saat ini T masih disini, sekolah dan asrama. Sudah sempat di jenguk juga oleh keluarganya 2x, tanggapan keluarga senang melihat T tidak melakukan kebiasaan negatifnya. Skrg T lebih tenang, jilat, melilit baju, memasukan tangan ke celana, pup pipis dicelana, makan seperti orang kesurupan sudah tidak ada lagi.

Kini berganti T yang lucu dengan kata-katanya yang tak terduga, dengan sikapnya terhadap makanan yang masih sangat berminat namun bisa ditahan dengan mengucapkan "T mau minta biskuit" dan lainnya jika ia ingin sesuatu tidak lagi T yang selalu memakan apa saja, tak peduli itu makanan atau bukan, tak peduli itu punya dia atau bukan.

Awal dulu ketika T dibawa ada salah satu partner saya yang bilang "yakin bu merima T" kini partner saya pun "cepet yaa perkembangannya bu".

Beberapa orangtua murid yang meihat T dengan sikapnya yang sekarang sangatlah senang, karna mereka tahu betul T diawal seperti apa. Kini setiap harinya pun T jalan kaki dengan teman-temannya pergi dan pulang sekolah.

Tulisan ini bukam untuk memuji siapa dan menyudutkan siapa tapi terlebih saya ingin menekankan bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk diraih selagi kita berusaha dan berdoa. Ini bisa diraih karna ijinNya dan kerja keras semua tim sekolah. Terlebih karena kepercayaan orangtua dan keluarganya juga, mereka sudah berbesar hati mempercayakan T kepada kami dengan penuh tidak setengah-setengah. Kerjasama inilah yang membuat semua berjalan baik dan T bisa berubah kearah yang lebih baik lagi. Perjalanan T masih panjang paling tidak saya sudah mengisi perjalanannya dengan meminimalisir perilaku buruknya.

Terima kasih

*tunggu kisah yang lainnya, saya akan bagi kepada anda di blog ini. Kisah T saya tutup disini yaa...yang mau melihat T langsung bisa juga😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar