Minggu, 26 Februari 2017

Z ku yang lama

Z...
Begitu memanggilnya
Takdir mempertemukan aku kembali dengan Z.
Z ku yang dulu gendut, lucu dan bersuara imut kini menjelma menjadi anak laki-laki berperawakan tinggi, kurus dan suaranya yang ngebass pertanda Z ku kini sudah beranjak remaja.

Pertemuan setelah 5 tahun berlalu
Banyak kisah yang sudah terjadi dengan Z ku. Sampai akhirnya ibunya meminta aku kembali untuk les privat Z di hari selasa dan kamis, cerita demi cerita disampaikan oleh ibunya kepadaku. Betapa tingkah Z sudah sangat keterlaluan kepada orangtuanya, Z berani memukul, membentak, berteriak, marah-marah, merusak barang yang ada dirumah (piano, Tv, jam besar, laptop,dll). Bahkan yang lebih menyesakkan hati lagi Z berani mengatai ayahnya sendiri dengan sebutan 'a*j*ng', 'l*nt*'.

Z ku memang special dari sejak 5 tahun lalu aku mengenalnya, dulupun emosi Z sudah terlihat dominan, tapi bs diredam dan memang karna waktu itu Z masih anak kelas 2 SD, maka aku rasa penanganan behaviour nya sudah selesai. Z tak lagi merebut ayunan temannya, Z tak lagi berlari kencang dan tak peduli menabrak siapapun dan apapun, Z yang jahil dikelas dan suka marah-marah dan merusak barang teman-temannya dikelas, Z yang tidak pernah tertib sholat dimasjid. Hal ini sudah terlihat dr pertemuan pertama kali, dengan berjalannya waktu sikap negatif itu mampu diminimalisir dan akupun mengundurkan diri dari Z karena aku rasa tugasku sudah selesai.

Tapi

Takdir mempertemukan kita kembali dengan deskripsi emosi Z yang lebih dari sebelumnya, efek menuju remajakah? Yaa bia jadi.....

Usia Z saat ini 14 tahun
Awalnya aku hanya datang per2jam selama 2x dalam seminggu. Kejadian demi kejadian terjadi sampai pada titik "menyerahnya" seorang ibu kepada anaknya. Beliau tidak tau lagi harus berbuat apa dan bagaimana, didepan aku beliau menangis menceritakan sikap Z. Keputusanpun dibuat dengan aku tinggal dengan Z berdua di rumahnya yang lama (hanya berdua).

Diskusi dengan suami, beliau mengijinkan dan dengan restu beliau aku tinggal berdua dengan Z.

Hari pertama berlangsung damai walau memang sering ada penolakan dari Z terhadap segala perintah, aku masih beradaptasi dengan anak ini tentang sikap dan sifatnya. Satu yang didapati adalah anak ini cerdik luar biasa dan egonya tinggi. Z sering tidak mau kalah meski dia salah.

Dan...
Hari keduapun dimulai
Aku tidak lagi mengikuti alur Z
Tapi kini aku yang membuat alur untuk Z
Z tentu tidak menerima ini semua
Namun aku paksakan
Misalnya bangun jam 5.00 dll
Selesai mandi bawa pakaian kotornya ke keranjang pakaian, dan bla..bla..bla

Banyak peraturan yang aku buat
Karna polanya memang harus dibentuk tidak lagi 'dia yang menjadi raja' tapi 'kita bekerjasama"

Hari kedua seperti kemarin Z bangun jam 5 pagi, mengerjakan ritual sholat subuh dan ngaji. Setelahnya kita lari pagi keliling komplek, sambil ke pasar untuk berbelanja, sepulang itu Z mandi dan kita masak bersama. Setelah makan, peraturannya memang Z harus mencuci piring bekas makannya, namun Z menolak.

"Capek bu"

"Oh ya sudah kalau cuci piring cape, sekarang kamu naik turun tangga 10 kali"

"Ngga mau"

"Tidak ada penolakan Z, bu hana hitung sampai 5. Cepet!"

"Ti..dak mau" sambil berteriak

Segera aku ambil tangannya, membawa Z ke arah tangga. Tapi Z mendorong aku, dan ia berlari kearah luar rumah sambil berteriak

"Tolong pak...tolong...saya dianiaya pak. Tangkap bu hana pak, bu hana jahat"

"Zikra masuk ke dalam" perintahku dengan nada tegas

"Tolong pak..nih pak dia nyuruh nyuruh saya nih"

Dengan paksa aku tarik Z untuk masuk ke kamar dan aku kunci. Didalam kamar Z tak hentinya berteriak, bahkan Hp ku yang berada di atas meja dibanting kelantai oleh Z. Melihat kejadian itu aku langsung mencari flashdisk milik Z, dan aku perlihatkan di depan wajahnya

"Kamu banting Hp bu hana kan? Skrg bu hana banting flashdisk kamu ya"

"Jangan...tidak...jangan banting barang aku"
Sambil berusaha merebut flashdisk yang aku pegang. Dipeganginya tanganku dan dia berusaha merebut flasdisk tersebut, bersitegang terjadi disitu akupun tidak mau kalah disini. Kesempatan ini aku pakai untuk mengalahkan egonya, Z terus menerus menarik tali flashdisk yang aku pegang, seketika aku tarik falshdisknya membuat tali flashdisk Z terlepas tidak sampai disitu, pergulatan terus terjadi Z tetap tidak mau kalah dengan terus menerus berusaha mengambil flashdisk ditanganku.

Tepat setelah 20 menit terjadi, Z tiba-tiba memukul lenganku. Pukulan yang membuat nyeri dan merah lebam, ku tarik kerah bajunya dan aku tekannya padanya

"Bu hana tidak suka di pukul, dipukul itu sakit, tidak ada orang yang mau dipukul. Sekali lagi kamu pukul bu hana, bu hana pukul kamu ya" dengan nada tegas dan marah

Berbicara seperti ini untuk menegaskan kepada Z bahwa tidak ada orang yang mau dipukul. Dan perbuatan nya itu salah

"Aaaahhh...jangan atur aku. Aku tidak suka diatur, jangan marahi aku bu hana..aku tidak suka" dan Z pun memukul aku lagi.

"Oh..kamu mukul bu hana lagi ya? Oke..bu hana pukul ya kamu, kamu mau dipukul?"

"Tidak..jangan pukul aku"

"Kalau kamu memukul, kamu jg harus mau dipukul"

Dan pukulanpun aku tunjukan ke lengan atasnya. Tentunya bukan untuk meyakiti maupun balas dendam hanya bersifat pembelajaran, pukulan ini pun tidak membekas.

"Jangan pukul aku..aku tidak suka" seketika Z mengambil pulpen yang ada di bawah dan langsung diarahkannya ke tanganku

'Jleeb' pulpen tepat menancap di telapak tangan sebelah kiri bagian dalam, darah segarpun mengalir dari telapak tanganku.

"Syukurin...biarin mati aja kamu" melihat itu Z malah menyumpahi aku sambil menujuk-nunjuk wajahku.

"Cepat....kembalikan flashdisk aku...cepat...atau aku tusuk lagi kamu"

"Tidak mau..minta baik-baik, baru bu hana kasih ke kamu"

"Tidak ada baik-baik..aku tidak mau"

"Ya sudah kalau tidak mau bu hana tidak akan berikan"

"Aku tusuk kamu"

Tusukan keduapun diarahkan kali ini aku berhasil mengelak namun masih tepat kena di pergelangan tangan sebelah kanan berupa sayatan panjang.

Rasa sakit tak kurasakan,yang ada dipikiranku saat ini adalah hari ini harus berhasil karna kalau sampai tidak berhasil keesokan harinya Z akan lebih ganas dari hari ini.

Tak sampai disitu, Z terus menerus berusaha merebut flashdisk dari tanganku dengan sesekali dipukulnya aku, di jambak rambutku sampai dan mengatai aku dengan kata-kata kasar 'bu hana lo*te', 'bu hana p*la*ur', 'bu hana a*j*ng' dll

Teriakan demi teriakan pun dia keluarkan, sampai para tetangga dan pak Rt pun datang menanyakan ada apa. Aku buka pintu dan aku bilang pada mereka.

"Maaf pak..ini sedang terapi"

merekapun memahami dan segera berlalu.

Setelah para tetangga dan pak RT pulang aku kembali ke dalam rumah, melanjutkan sesi dengan Z. Sikap Z masih berteriak-berteriak dan tidak mau mengalah, perebutanpun kembali terjadi. Akupun tetap bertahan karna ini harus sampai
selesai hari ini juga, sayang kalau sampai tidak selesai padahal tangan dan Hpku sudah menjadi korban.

Tak terasa sudah adzan dzuhur, pergulatan demi pergulatan terjadi, pukulan demi pukulan, cacian demi cacian dan teriakan di lontarkan. Berisik? Tentu..sangat berisik. Sampai akhirnya Z mengeluh "sudah donk bu hana, mau sampai kapan sih"

"Kamu yang sudah...bilang baik-baik baru bu hana kasih flashdisk kamu"

"Aku minta flashdisk" dengan berteriak

"Tidak berteriak mintanya yang baik, bu hana Z minta flashdisknya"

"Bu hana, aku minta flashdisk"

"Good..ini bu hana kasih flashdisk nya karna kamu sudah minta dengan baik."

Flashdisk yang aku berikan langsung diambil oleh Z dan dia segera berlalu menuju kamar.

"Z..ucapkan apa kalau di kasih sesuatu"

"Terima kasih"

Bayangkan dari jam 8 sampai dengan jam 12 ini terjadi,tidakah aku merasa capek? Jawabannya tentu saja merasa cape, tapi aku pikir hari ini jg harus selesai. Karna moment nya sangat pas disaat memang perilaku Z sedang emosi dan egonya sedang tinggi-tingginya.

Kenapa tidak mau mengalah?
Karna jika aku mengalah, maka sama artinya dengan membiarkan Z menang dan tandanya aku kalah dimata Z maka Z akan bertindak semaunya terhadapku.

Sifat yang dimiliki anak autisme kebanyakan "manipulatif" dan "bossy", jangan kira mereka bodoh. Mereka sangat amat pintar sebetulnya, namun sifat manipulatifnya itu yang membuat terkesan dia tidak berdaya dan sifat bossynya yang seolah dia adalah boss yang membuat ia bersikap semaunya sendiri dan seolah dia menjadi raja yang lain harus ikut aturannya atau yang lain tidak boleh mengaturnya.

Setelahnya baru aku pergi ke rumah sakit bersama Z untuk mengecek lukaku, 5 jahitan untuk tangan sebelah kanan dan 6 jahitan untuk telapak tangan sebelah kiriku. Mulai dari situpun badanku rasanya remuk redam dan sakit sekujur badan?. Dokter mempertanyakan kenapa bisa begini, maka aku jawab bahwa sedang terapi anak berkebutuhan khusus. Dan Z pun diperiksa oleh dokter.

Z bagaimana?Z tidak menderita apapun. Lecetpun tidak. Badannya sakitkah? Tidak. Tapi tenaganya juga cukup terkuras akibat kejadian itu. Sepulang dari rumah sakit akupun istirahat dan Z juga istirahat dikamarnya, tak selang 5 menit Z sudah tertidur lelap.

Setelah kejadian ini pun bukan berarti Z langsung bersikap baik dan patuh, perlawanan masih dilakukan dan egonya masih belum menerima bahwa ia telah kalah. Z tak mau berbicara padaku, Z tak mau aku sentuh, setiap aku sentuh maka ia akan segera mengelapnya atau menjauhkan tanganku seolah itu adalah kotoran. Bersikap kasarkah lagi? Tidak. Kali ini pendekatannya lebih persuasif dalam artian aku berusaha mendekatkan diri ke Z dengan mengajaknya ngobrol atau bercanda. Awalnya Z menolak, namun aku membelikan Z 1 porsi makanan kesukaannya dan mengajak Z makan, seketika Z luluh, mau makan dan aku mulai mengajaknya bercanda, mengobrol tentang berbagai hal mengenai dunia presenter karna Z sangat suka dan memang bercita-cita menjadi presenter.

Setelah kejadian itu fase colling down untuk Z, aku mengajaknya berbicara tentang kejadian kemarin.

"Kemarin kenapa kamu marah sama bu hana?"

"Karna aku tidak suka disuruh-suruh"

"Memangnya bu hana menyuruh kamu apa?"

"Mencuci piring"

"Mencuci piring bekas siapa?"

"Aku"

"Pas kamu Mengambil piring itu dalam keadaan kotor atau bersih?"

"Bersih"

"Nah..kan? Kalau kamu mengambil piring itu dalam keadaan bersih maka kamu harus mengembalikannya dalam keadaan bersih juga. Kan sudah bu hana kasih tau peraturan diawal kalau kamu harus mengembalikan sesuatu ke tempatnya dan mengembalikan dalam keadaan seperti semula"

"Aku tidak suka bu hana ikutan marah. Bu hana tidak boleh marah, aku saja yang marah"

"Sekarang coba kamu inget, kenapa bu hana marah?"

"Karna aku banting Hp bu hana"

"Itu kamu tau sendiri kan, salah tidak banting Hp bu hana?"

"Salah"

"Kenapa kamu lakuin?"

"Aku tidak mau turun naik tangga"

"Kenapa kamu bu hana minta naik turun tangga"

"Tidak tau"

"Karna kamu tidak mau mencuci piring kamu sendiri dengan alasan capek, makanya bu hana suruh naik turun tangga. Biar kamu tau lebih cape mana cuci piring atau turun naik tangga?"

"Tapi bu hana jangan nyuruh aku..aku tidaj suka diatur, aku aja yang ngatur"

"Kamu guru disini? Yang jadi guru itu siapa? Kamu atau bu hana?"

"Aku"

"Oh...oke. kalau begitu bu hana panggil kamu 'pak zikra' ya"

"Tidak...tidak...aku bukan guru.  Bu hana yang guru"

"Kalau kamu murid pantas tidak murid memukul gurunya"

"Tidak"

"Pantas tidak murid marah-marah, ngatain gurunya pakai bahasa kotor?"

"Tidak"

"Jadi besok kamu ulangi lagi ya kejadian kemarin?"

"Tidak mau"

"Terus aja bersikap semau kamu sendiri. Kalau kamu masih bersikap seperti itu maka bu hana juga akan bersikap semau bu hana"

"Jangan...tidak...aku saja yang bersikap semaunya"

"Oh tidak bisa, sebab bu hana gurunya disini bukan kamu. Kamu tidak bisa mengatur-ngatur siapapun karna sikap kamu sangat jelek. Kamu memaki, kamu merusak barang, kamu membentak, kamu memukul, kejadian kemarin bisa aja bu hana laporin ke polisi karna kamu sudah menusuk tangan bu hana. Ayo kita ke polisi sekarang"

"Tidak mau"

"Sekali lagi kamu bertindak diluar batas, entah itu merusak atau memukul. Tidak ada kata 'tidak mau' kamu akan bu hana seret langsung ke kantor polisi. Mengerti"

Z terdiam saat aku dengan nada tegas menekankan hal itu. Waktu 1 bulan pun berlalu dengan Z. Sikapnya bagaimana kini? Alhamdulillah bersikap baik sekarang, Z tidak lagi bersuara kecil (seperti perempuan), Z sudah tidak teriak-teriak bila diperintah, Z sudah tidak memukul-mukul dirinya sendiri, Z sudah tidak merusak barang, Z sudah bisa bersikap baik ke ayah dan ibunya.

Ketika Z tidak mau menyebutkan nama ayahnya karna memang Z sangat marah sampai yang aku bilang, Z mengatai ayahnya dengan kata-kata kasar. Maka aku bilang kepada Z "oh...ayah kamu itu pak Selamet ya"

"Bukan"

"Terus ayah kamu itu siapa?"

"Tidak tau"

"Oh..ayah kamu itu Anjing ya? Kan kamu sering bilang 'ayah anjing' jadi ayah kamu anjing ya? Kamu berarti anak anjing ya?"

"Eh..bukan bu"

"Kalau begitu kamu anak siapa?"

"Aku anak pak sy*fr*l"

"Ah masa sih...kan kamu suka bilang ayah anjing, jadi kamu anaknya anjing kali"

"Bukan..aku anak pak sy*fr*l"

"Oh atau janga-jangan nama ayah kamu pak sy*fr*l anjing ya? Jadi nama kamu jg Z anjing donk"

"Bukan bu" dengan nada protes

"Kalau bukan ngapain kamu manggil ayah kaya begitu, anak itu akan mengikuti ayah ibunya Z, kalau anak anjing maka ayah ibunya ya anjing, kamu manusia atau anjing?"

"Manusia"

"Pantas gak kamu ngatain ayah kamu anjing?"

"Maaf bu hana"

"Lhoo..maafnya jangan sama aku, maaf sama ayah yang udah kamu katain. Udah ayah capek kerja biar kamu bisa sekolah bisa jadi anak pintar malah dikatain aneh-aneh begitu"

"Iyah...aku janji bakalan gak ngatain lagi"

"Oke...terima kasih janjinya. Kira2 kapan kamu mau minta maaf sama ayah?"

"Besok"

"Oke...kita buat janji bsk ketemu ayah dan kamu minta maaf. Disaksikan sm ibu dan bu hana ya"

" iya bu"

Begini sikap Z setelah kejadian itu, Z tak lagi ngotot dalam berbicara. Bisa didiskusikan dengan baik, tapi ego nya masih tetap ada hanya bisa dia kontrol sekarang.

Pertemuan dibuat dan Z meminta maaf kepada sang ayah dengan baik. Langsung berubah kah sikap Z? Jawabnya tidak langsung, perlu dua arah dalam hal ini, baik dari Z maupun dari ayahnya juga. Z sudah berbesar hati mau minta maaf dan sudah selayaknya ayahnya pun memaafkan dan berusaha mendekati Z secara persuasif dengan mengajak bercanda,mengobrol atau mengajak jalan.

Setiap anak sangat senang diperlakukan baik tentunya, namun bukan berarti harus selalu baik. Adakalanya bersikap tegas jika anak sudah melewati batas, bukan untuk orang lain tapi untuk kebaikan anak itu sendiri.

Perubahan bukan semata-mata ada pada diri anak tapi jg perubahan diri dari orangtua juga. Perubahan pola didik yang salah, perubahan pola asuh yang salah, mau tegas sedikit untuk menciptakan berdirinya aturan yang lugas.

Aku senang bekerjasama dengan kedua orangtua Z, mereka sangat kooperatif sekali. Mulai dari mau mengikuti arahanku dan mau berubah, merubah pola didik mereka kepada Z.

Jadi perubahan ini terjadi bukan semata oleh ku tapi juga oleh semua pihak😊 terima kasih sudah mau membaca kisah Z ini.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar